Lilypie - Personal pictureLilypie Kids Birthday tickers
Lilypie - Personal pictureLilypie Kids Birthday tickers

Jumat, 03 Desember 2010

Hati seorang Ibu

Kalau melihat tayangan-tayangan yang di blast melalui media online (email, facebook) yang menggambarkan kekerasan dan tingkah para baby sitter, pengasuh atau pembantu sekalipun, hati seorang Ibu mana yang tidak akan hancur. Begitu khawatir, bagaimana dengan anak saya. Miris rasanya membayangkan kalau anak kita mengalami hal yang sedemikian kejam. Apa sih yang anak anak tau dalam kehidupan ini selain menangis, tertawa dan bermain. Tidak pernah sedikitpun anak anak kita berpikir bahwa mereka itu melakukan hal yang menurut kita salah atau mengganggu. Yang mereka tau hanya mereka ingin mengisi dunianya.
Setelah melihat tayangan itu, ingin rasanya pulang dan memeluk mereka, mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang akan menyakiti kalian. Tapi karena ada di kantor, yang kita bisa lakukan hanya menelepon dan menanyakan apa kabar mereka baik baik saja.
Sejak anak-anak lahir, ketika malam akan tidur, saya mengatakan pada mereka, saya ingin menjadi ibu yang baik dari mereka. Ada Tuhan yang menjaga mereka. Dan karena keterbatasan saya, bicaralah pada saya apa yang terjadi pada kalian selama saya tidak bersama kalian. Siapa yang menyakiti kalian. Berbagilah tentang perasaan kalian. Kita sama sama belajar, menjadi Ibu yang baik, dan kalian belajar menjadi seorang anak.
Sebagai seorang Ibu yang bekerja dengan kesibukan suami juga, anak-anak tetap harus menjadi prioritas saya. Disinilah kunci seorang wanita. Mempunyai kepekaan terhadap apa yang terjadi pada anak-anak. Beberapa kali saya merasakan ada yang tidak beres pada pengasuh anak saya. Saya tidak hanya mengandalkan perasaan atau insting saya, tapi juga saya lebih memperhatikan lagi pengasuh, perkembangan, tingkah laku, emosi anak. Sampai akhirnya saya tau ada masalah di rumah, ketika kami orang tua tidak ada di rumah. Yang saya lakukan adalah, berdoa. Tuhan, tolong buka jalan untuk hal-hal yang di luar kemampuan atau jangkauan saya. Puji Tuhan, bagaimana caranya, tapi Tuhan bekerja. Saya ingat hari itu pengasuh saya yang lama kembali menghubungi saya dan ingin bekerja kembali. Saya tau ini adalah jawabannya. Saya langsung kembalikan pengasuh yang baru ini ke yayasan, meski resiko harus mengorbankan sejulah pengeluaran. Tapi anak saya lebih penting.
Apa yang mau saya bagikan adalah, komunikasilah dengan anak, diri sendiri dan libatkan Tuhan. Sekali lagi saya tekankan, berkomunikasilah dengan anak. Tidak ada kata mereka masih kecil, atau mereka tidak mengerti. Tidak! Mereka sangat mengerti. Sangat sangat mengerti. Kedua, pertimbangkan akal dan nurani. dan ketika sesuatu terjadi di luar kemampuan kita, serahkan pada Tuhan. Setelah semua berlalu saya tau bahwa Tuhan sudah turut bekerja dalam segala sesuatu.
Hari ini, walaupun saya tidak berada dekat anak saya setiap waktu, tapi melalui mata mereka, bahasa tubuh mereka, cerita mereka, saya tahu kehidupan mereka.

Senin, 22 November 2010

Menumbuhkan Kepercayaan Anak

Ketika masih kecil (usia di bawah satu tahun), saya membiasakan diri sharing mengenai hal hal yang baik yang terjadi hari itu pada Aurelius ketika akan tidur malam. Sementara untuk hal negatif, saya meminta pendapat dengan bertanya pada Aurelius, misalnya "bagaimana ya..". Sampai usia tiga tahun, hal ini terus saya lakukan. Namun untuk Keio, saya mencuri tiap ada kesempatan cerita, pasti saya melakukannya. Agak sulit menerapkan sharing sebelum tidur dengan Keio, karena untuk tidur malam, saya menerapkan pemisahan. Aurelius sama saya, Keio dengan Daddynya atau susternya. Kalau disatukan akan menjadi arena bermain kembali antara kakak beradik itu. Oleh karenanya saya membaginya, memang akhirnya saya lebih banyak dengan Aurelius karena si kakak merasa lebih punya prioritas dengan saya. Menanggapi ini, pertama, saya harus mengisi ruang itu, supaya ketika kasih sayang Aurelius terpenuhi, secara otomatis Aurelius pasti akan mendeliver kepada adiknya. Kedua, saya mencari kesempatan lain dengan trik lain, untuk lebih dekat dengan Keio.
Sudah dua hari ini, sharing malam hari saya menjadi satu dialog menarik, Aurelius dan saya bercerita, sementara Keio masih tahap mendengarkan, dan itu adalah bagian dari proses. Kami bertiga bercerita, tertawa, bertanya dan membahas apapun tentang hari ini. Inilah awal kepercayaan anak untuk menuangkan isi hatinya pada orang tuanya.
Terapkan komunikasi sharing antara orang tua dan anak, dan antara anak dengan orang tua. Itulah persahabatan sejati.

Selasa, 09 November 2010

Aurelius, Aurelius

It's amazing. Kompetisi kedua yang dimenangkan Aurelius. Sebelumnya Aurel memenangkan Juara ke2 Lomba Fashion Show Tokoh Cerita April 2010 silam di TKK 10 PENABUR. Saat itu dia mengenakan kostum Franklin. Kali ini Aurelius memenangkan Juara 2, Kids Technocompetitions/ Fashion Show pada UoN IRMC 2010 (University of Newcastle Indo Robo Masters Cup), 6 November 2010 di Mal Central Park Jakarta Barat.
Kalau mendengar technocostume, yang terbayang pasti robot. Tapi saya punya kreatifitas lain, Aurelius mengenakan kostum bajak laut (tetap berhubungan dengan air, karena tema UoN IRMC 2010 adalah Robots in Water World). Lalu di beberapa bagian bajunya saya ganti dengan kertas timah (silver effect), lalu hooknya pun saya beri kesan techno.











Yang paling mengesankan adalah, gayanya...Aurelius bergaya seorang breaker, dengan luwes...inilah keistimewaannya..lihat betapa enjoy nya...


















Juaranya Mommy...
Saat menerima piala dan hadiah dari Mr. markus Josef Hiller, Vice Director External relations & Students Affair Politeknik PT Pos Indonesia

Jurinya dari Susan Budiarjo Fashion School dan Batavia Dancer










Para pemenangnya..termasuk Keio ada disana, buat saya, mereka adalah my champion. Bisa berdiri di depan banyak orang dengan percaya diri.



http://www.bpkpenabur.or.id/id/node/6361

Selasa, 28 September 2010

Silau!

Bulan-bulan pertama si kecil lahir dan tidur bersama, memang kita pasang lampu tidur atau lampu kecil. Tapi menjelang usia satu tahun lebih, jika masih tidur bersama, bagi yang suka tidur gelap, sangat merindukan tidur tanpa lampu. Lalu bagaimana komunikasinya hingga si kecil mau tidur gelap.

Hari pertama:
Mom: Kei., silau ya..kalo matiin lampu gimana?
Keio: Geyap, mommy..

Hari kedua:
Mom: Kei, silau ni..
Keio: Geyap, mom..
Mom: Masa sih, itu kan ada lampu luar..masih bisa lihat mom kan?

Hari ketiga:
Mom: Kei, silau ni..
Keio: geyap, takut..takut..
Mom: Kan ada Tuhan, ada mom juga..

Berlanjut terus hingga seminggu, hingga satu minggu sesudahnya...

Keio: Mom, silau!
Mom: Iya, ni
Keio: Koko, silau, bobo, matiin lampu..

Rabu, 15 September 2010

Blessing in Disguise

Liburan yang melelahkan dalam satu tahun biasanya terjadi ketika cabin crew atau para pembantu sedang mudik. Selain harus melayani anak sepanjang hari, rumah pun menjadi bagian penting dalam hal pembersihan. Maklum, waktu yang paling memungkinkan untuk membersihkan rumah secara massal, ya pada waktu liburan Lebaran ini. Namun untuk Ibu yang mempunyai balita, liburan ini rasanya ingin cepat dilewati, atau mungkin lebih tepatnya, cabin crew segera datang untuk kembali bekerja.
Blessing nya..inilah saat bersama anak-anak sepanjang waktu tanpa ada interupsi dari pihak luar. Memakai pembantu infal cukup membantu walaupun mahal. Tapi dengan ada bantuan membersihkan rumahnya, setidaknya dapat meredam kelelahan fisik. Kelelahan fisik dapat membuat emosi tidak baik, hingga akhirnya tidak dapat menikmati hari hari bersama anak-anak yang selalu ditinggal kantor setiap hari. Ajaklah anak-anak untuk membantu pekerjaan rumah, anggaplah itu ajang bermain. Jangan harapkan kesempurnaan. Maksimalkan tolenransi. Jika memang sudah kelelahan, anulir lah kewajiban atau keharusan, tidak harus mandi sore misalnya. Tapi sebelum tidur, tetap lakukan ritual bersih bersih dan sikat gigi. Atau tidak harus makan tiga kali sehari, tapi perbanyak cemilan berat, seperti kentang goreng atau bakwan. Jika pasangan dapat diajak kerjasama, ajaklah untuk berbagi sedikit kewajiban, seperti memandikan atau sekedar membuat susu. Tetapi jika tidak bisa diandalkan, abaikan saja. Gunakan kesempatan ini untuk semakin dekat baik secara fisik maupun emosional dengan anak. Di lingkungan yang serba teknologi canggih, kedekatan dan komunikasi yang baik dengan anak, dapat dipupuk melalui cara ini. Saya menyebut ini dengan blessing in disguise. Setelah liburan usai, ambil satu hari untuk benar-benar melakukan apa dunia kita, bekerja, hang out, menonton, berenang, atau berbelanja. Prestasi apapun tidak dapat dibandingkan dengan menghabiskan waktu bersama anak-anak.

Jumat, 03 September 2010

Menjadi Ibu Masa Kini

Pola asuh orang tua, sering tidak disadari ada di bawah pengaruh pola asuh orang tua sebelumnya. Ada cara-cara yang baik yang dapat diaplikasikan kepada anak. Namun di era masa kini, ketika dunia telah menjadi suatu desa, komunikasi yang tidak terbendung, pengaruh media massa dan pengaruh lingkungan, menjadi orang tua yang baik tidaklah mudah.
Menjadi orang tua, harus dapat menjadi teman, guru dan juga orang tua yang sejati. Menjadi teman, ketika anak-anak membutuhkan tempat untuk bercerita, menjadi guru untuk mengajarkan banyak hal tentang dunia, dan memberikan hati sepenuhnya sebagai orang tua.

Finalist Best Mom Award Femina Loreal, Desember 2009

Rabu, 18 Agustus 2010

Membangun Adversity Quotient

Kompetisi pertama kali yang diikuti Aurelius adalah Costume Fashion Show, yaitu pada usia dua tahun, sewaktu duduk di Toddler (TKK 10 PENABUR). Saya memutuskan memakai kostum Franklin Kura-kura. Franklin adalah tokoh dalam buku cerita kesukaannya, yang sering saya ceritakan malam sebelum tidur. Niat ini pertama kali saya komunikasikan dengan Aurelius. Saya ajak ngobrol mengenai lomba ini, saya bayangkan Aurelius berjalan di panggung dengan mengenakan kostum yang dia suka. Beberapa hari ke depan, sementara saya menyiapkan kostum (memesan baju khusus), saya mengajaknya mengenal lebih detil ciri-ciri Franklin. Saya sebutkan apa saja yang biasanya di kenakan Franklin, ada topi merah, Goldi si ikan mas, tongkat dan slayer merah. Bahkan teman-temannya juga saya bahas. Saya meminta Daddy-nya untuk khusus membuat tongkat dari batang kayu kering dari pohon yang ada di pekarangan rumah. Proses pembuatan tongkat kayu ini pun dilakukan bersama Aurelius dengan Daddy. Semakin hari Aurelius semakin pandai mengungkapkan profil Franklin. Tiba di hari H, Aurelius memakai kostum dengan percaya diri, dia berjalan di atas panggung, bahkan tanpa aba-aba dari saya, karena dia sudah tau apa yang akan dia lakukan. Saya diminta Aurelius duduk di kursi penonton bersama adiknya untuk melihat aksi panggungnya. Di tengah panggung Aurelius tersenyum kepada saya. Aurelius berhasil mendapatkan peringkat 2. Saya katakan saya bangga padanya, dan piala ini hadiah untuk kepandaian dan keberaniannya.

Juara 2 Costume Fashion Show

Senin, 16 Agustus 2010

Mengatasi Rasa Takut

Dufan, Wahana Gajah Bledug

Ini kedua kali Aurelius dan Keio ke Dufan, tapi ini yang pertama kali masuk ke dalam Wahana 3D Rama Shinta. Musik dan lampu yang minim cahaya disetting sehingga menimbulkan kesan menegangkan. Pada saat antri, Aurelius sudah menunjukan raut wajah ketakutan dan ketegangan, bahkan tubuhnya pun sudah memberikan reaksi kesan tersebut. Ada layar TV plasma di satu sudut langitnya yang menjelaskan profil permainannya, dimana kita harus mengarahkan tembakan ke arah musuh. Saya gendong untuk memberikan rasa nyaman dan aman, lalu saya ceritakan bagaimana kita bermain di dalamnya. Saya bicarakan cara bermain sesuai dengan yang di TV plasma tersebut. Awalnya Aurelius masih bilang "takut', tapi setelah saya ajak bicara, ototnya mulai kendur, dan mulai terlibat dengan pembicaraan kita. Saya sebutkan siapa saja yang akan bermain dan yang akan menemaninya. Aurelius mulai antusias untuk cepat naik ke dalam kereta berjalan. Sementara menunggu giliran saya tetap ajak ngobrol akan apa saja yang nanti akan kita alami. Seru! Saya pangku Keio, dan Aurel bermain di sebelah tempat duduk saya. Masing-masing memegang senjatanya dan dengan serunya diarahkan ke tubuh musuh 'mantide'. "Itu musuhnya, tembak kiri Aurel, Keio yang kanan!. Kita terlibat dalam satu permainan. Ketakutan itu berhasil teratasi. Satu yang tabu, jangan katakan atau bandingkan dengan anak lain, misalnya "adik itu berani, kakak itu tidak takut!". Ini hanya akan menambah stress anak. Sudah merasa takut, ditambah lagi tekanan harus lebih baik dari orang lain. Sebaiknya fokuskan pada keberhasilan anak menghilangkan rasa takut. Setelah dari wahana ini, kami masih membahas permainan tersebut, kepercayaan diri anak akan bertambah.

Kamis, 12 Agustus 2010

Bersemangat ke Sekolah

Baik Aurelius (3tahun, 1bulan) dan Keio (1tahun, 11 bulan), sangat menikmati dengan yang namanya sekolah. Hampir semua proses dilalui dengan mulus. Beberapa bulan sebelum masuk, saya sudah mengajak ngobrol tentang yang namanya "makhluk" sekolah itu. Saya katakan bahwa akan dapat teman banyak, miss yang sangat baik, akan mengajari nari, nyanyi, dan beberapa kali saya audiensi ke sekolah. Beberapa jam saya habiskan waktu di sekolah, sekedar melihat melihat, ada apa saja di sekolah itu. Kebetulan di sekolah itu ada kolam yang memuat beberapa ekor kura-kura. Beberapa lama saya asik membahas kura-kura.
Besok tiba hari pertama sekolah Keio, malamnya kembali saya ngobrol tentang permainan yang ada di sekolah. Pagi hari, saat dibangunkan saya katakan kita mau lihat kura-kura di sekolah. Seketika Keio sangat bersemangat. Saya menemani hari pertamanya, mulai dari berkenalan dengan teman dan miss baru..dan setiap sudut saya datangi, Keio sudah merasa dekat dengan lingkungan sekolahnya. Sekolah ada rumah keduanya.
Kalau ada waktu ngobrol, saya membahas mengenai dunia sekolah mereka, minta dikenalin dengan nama teman-teman, minta diajari lagu baru, sampai bahas perjalanan pulang apa yang mereka lihat. Karena sebagai wanita bekerja, saya hanya bisa mengantarkan pagi hari, siangnya, mereka pulang naik bajaj ditemani pengasuhnya.



Memperhatikan kura-kura di salah satu sudut sekolah




Seragam sekolah Aurelius
Tidak sulit memakaikan seragamnya, saya katakan dia begitu gantengnya memakai seragam sekolah. Saya tanyakan apakah nyaman seragamnya, atau apakah ada yang harus "mom" perbaiki. Lalu saya lihat kerahnya terlalu kecil, jadi saya jahitkan supaya lebih kendur, dan "daddy"nya yang menjahitkan. Semua dilakukan didepannya. Hingga dia memiliki kebahagiaan ketika memakai seragamnya.

Dari Hati ke Hati

Menjadi wanita bekerja dan menjadi ibu dari dua orang putera adalah anugerah terbesar dalam kehidupan. Saya selalu belajar untuk bagaimana membuat satu komunikasi yang baik, dan yang saya pelajari adalah komunikasi dari hati hati. Putera saya adalah anak anak yang sangat baik, yang mendukung sukses kehidupan saya, memberikan semangat, motivasi dan memberikan arti kehidupan itu sendiri. Saya tidak mengatakan, tidak ada masalah dalam kehidupan kami. Tapi hari tiap hari selalu diisi dengan bagaimana saya belajar menjadi orang tua, seorang "mom" dan seorang istri. Demikian pula dengan putera saya, mereka belajar bagaimana menjadi seorang anak dan menjadi diri mereka sendiri. Dalam sharing saya di blog ini, presentasi suami saya memang tidak sebesar saya dan anak-anak. Karena sampai saat ini pun, suami saya menjadi pembelajaran saya. Tanpa mengecilkan presentasinya, tapi saya me-fokuskan pada apa yang dapat seorang wanita lakukan di dalam keluarga, dengan hati, akal dan pikirannya. Seringkali orang tua justru adalah masalahnya. Tapi jika hanya melihat masalahnya saja maka kita tidak akan berjalan maju ke depan. Apa yang saya bagikan adalah bagaimana memperbaiki hal kecil namun membuat perubahan besar pada anak-anak terutama. Lalu bagaimana mempersiapkan seorang anak yang berhasil dalam perkembangan dan pertumbuhannya, apa trik dan cara-cara mengatasi hambatan-hambatan, bagaimana memberikan peranan pada lingkungan, baik di dalam keluarga inti, maupun keluarga besar. The family is one of nature's masterpiece's (George Santayana)